Judul : PENJARA The Untold Stories
Penulis : Ahmad Taufik
Penerbit : UFUK PRESS
Tebal : 189 halaman
Terbit ; April 2010
Pernah membaca MENGHITUNG HARI karya Aswendo Atmowiloto? Jika pernah, anda tentu akan dapat mengikuti laporan kehidupan penjara dalam kategori ‘soft news’ (berita lembut). Kisah demi kisah yang mungkin akan menyuguhkan perilaku manusia yang terkerangkeng dari aspek yang adem-adem, lunak. Tidak keras-keras amat, meski mungkin ada juga pertarungan hidup mati antarpara narapidana dan tahanan.
Akan tetapi jika membaca PENJARA The Untold Stories, Anda akan disuguhi rentetan hard news (berita keras). Tidak hanya berita-berita keras, tetapi juga satu bentuk produk kerja jurnalistik investigasi yang sangat berhasil. Tulisan-tulisan yang disuguhkan benar-benar memberi pemahaman yang sangat transaparan mengenai sepak terjang kehidupan dalam penjara yang tersembunyi dan tidak terceritakan selama ini.
Sebagai wartawan Majalah TEMPO (1984-1995), Ahmad Taufik bukan sembarang jurnalis. Dia sudah mengantongi seabrek predikat bergengsi sebagai award terhadap kerja profesionalnya di ranah jurnalistik. Soal dia menjadi salah satu penghuni Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, kemudian ke Rutan Salemba, Jakarta, itu perkara lain, juga berkaitan dengan risiko sebagai seorang jurnalis.
Ahmad Taufik menggelar seluruh kehidupan yang tak terbaca di balik terali besi. Mulai dari persekongkolan ‘melarikan’ Edy Tanzil, kisah kehidupan sipir yang rutinitasnya terjebak dalam praktik ‘jeruk makan jeruk’, masalah judi, hingga narkoba.
Penulis juga secara deskriptif mengungkap ‘modus kongkalikong’ yang terjadi di balik penjara. Mulai dari ‘mengubah ayat, jual beli vonis, tahan vonis, penempatan, tahan badan, bebas bersyarat, hingga mengapa aku di situ?. Seluruh sesi ini ujung-ujungnya melibatkan uang. Gila. Sebuah aktivitas ‘perekenomian jahannam’ tak kasat mata yang dilakukan secara menggurita.
Bukan hanya itu, Ahmad Taufik juga menyorot masalah ‘Seks dalam kerangkeng’,’ Dari Polda ke Salemba’. Bagian ini merupakan kisah tersamar yang selama ini tidak banyak dikisahkan orang. Kalau pun diceritakan, hanya sebatas tuturan lisan dari mulut ke mulut. Sebagai seorang jurnalis dengan jam terbang yang sangat meyakinkan, Ahmad Taufik benar-benar telaten mendeskripsikan perilaku bejat yang dilakukan para tahanan di Polda Metro Jaya yang dia saksikan sendiri. Bukan cuma itu, sang penulis juga ‘merekayasa’ situasi agar dapat menyimak dan mengamati secara tersembunyi perilaku tahanan yang sedang melakukan ‘transaksi seksual’ dari balik jeruji besi.
Itulah salah satu masalah yang sangat tabu selama ini, disorot penulis di dalam buku ini. Bagaimana sikap yang sebenarnya pantas dilakukan binatang, tiba-tiba tanpa malu-malu dilakukan oleh seorang manusia yang berpikir waras meski dalam keadaan terkungkung. Saya pun tak sopan merinci kelakuan para tahanan itu. Silakan saja baca bukunya.
Buku ini – tanpa bermaksud mempromosi – memang enak dibaca. Gaya penulisannya mengalir, yang dikemas dalam aliran penulisan features (tulisan khas) yang sarat dan kaya dengan kadar entertain, anekdotis, humoristik, dan terkadang kocak. Banyak diksi yang –terasa vulgar jika dibahasakan sesuai aslinya – mampu ‘disederhanakan’ oleh penulis, namun tetap merepresentasikan gagasan dan pengertian denotatifnya.
Saya tidak bermaksud berlama-lama ‘mencengengi’ isi buku ini, tetapi mungkin ke depan, teman-teman jurnalis yang memiliki pengalaman ‘aneh’ seperti ini, juga layak mengikuti jejak Ahmad Taufik. Menulis pengalaman hidup mereka yang memang ‘untold stories’, kisah yang tak terceritakan. Selamat membaca.
M.Dahlan Abubakar
Selasa, 15 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar