Senin, 11 Januari 2010

Pemadaman = Kemacetan --> Pertumbuhan Ekonomi

Sejak Oktober 2009, Sulawesi Selatan dirundung pemadaman listrik yang terparah selama ini. Harian Fajar dalam beberapa bulan terakhir ini, setiap hari masih memuat iklan pengumuman pemadaman listrik di Kota Makassar. Kita tidak tahu, kapan pemadaman akan berakhir. Pemadaman bukan berdampak secara`ekonomis dan material. Secara`ekonomis, misalnya, rekening listrik saya yang berdaya 900 KWh, biasanya berkisar Rp 140.000, meroket menjadi Rp 170.000 dan pada bulan Desember 2009, meloncat naik menjadi Rp 240.000. Material, banyak masyarakat mengeluhkan rusaknya barang-barang elektronik mereka yang tidak menggunakan pengaman.
Sudah bisa ditebak, melonjaknya rekening tersebut tentu ada kaitannya dengan pemadaman yang dua kali sehari. Bayangkan saja, selama 30 hari dikali dua kali pemadaman, listrik di rumah harus menarik pertama dua kali lipat. Belum lagi, kalau mati sebentar, hidup lagi berkali-kali yang biasanya kerap terjadi justru di akhir tahun.
Pemadaman
General Manager PT PLN Sulselbar, Ir.Haryanto WS, M.M. dalam suatu kesempatan bertandang ke Unhas mengurai, pada kondisi normal, daya mampu listrik di wilayahnya 550 MW, beban puncak 541 MW, sehingga tersisa cadangan – meski hanya sedikit – 9 MW. Namun setelah pemadaman mulai Oktober 2009, kondisinya terbalik. Daya mampu 344 MW, beban puncak 434 MW, cadangan 90 MW.
Saya yang nimbrung menyoal pemadaman listrik dalam pertemuan kitu mengibaratkan pemadaman listrik di Sulselbar ini bagaikan sebuah kemacetan. Pemadaman terjadi karena terbatasnya daya mampu listrik dan tingginya beban puncak. Beban puncak meroket, karena tingginya permintaan konsumen. Jadi berlaku hukum ekonomi, supply and demand. Dalam 20 tahun terakhir, di Sulselbar hanya terjadi penambahan pembangunan daya baru 60 MW plus 60 MW di PLTG Sengkang, sementara pertumbuhan pembangunan properti melaju tidak terkendali. Ironisnya, setiap developer hendak menjual unit-unit perumahan yang dibangun selalu mengiming-imingnya dengan ketersediaan listrik yang memadai dan pengaliran air dari Perusahaan Daerah Air Minum.
Repotnya, kata Haryanto, di tengah krisis listrik tersebut, pembangunan yang dilakukan oleh pihak swasta belum memberikan perspektif yang positif. PLTM Tangka Manipi sejak tahun 2007 belum terwujud. PLTU Takalar dengan kapasitas 30 MW ditutup tahun 2008. PLTU Bosowa di Jeneponto dengan kapasitas 2 kali 100 MW belum ada kelanjutan programnya. Begitu pun dengan dengan PLTA Poso belum jelas. Penyebabnya adalah dana dan regulasi.
Secara kasat mata, pemadaman itu terjadi, karena tidak berimbangnya antara jumlah kebutuhan dengan pasokan yang tersedia. Jumlah kebutuhan terlalu tinggi, sementara pertumbuhan daya kita dalam 20 tahun terakhir hanya 60 MW. Jumlah perumahan dan fasilitas properti terus bertumbuh secara signifikan. Di dalam negeri terjadi pola kebutuhan mengejar persediaan daya. Kalau di luar negeri, justru terbalik, persediaan disesuaikan dengan kebutuhan.
Repotnya lagi, program 10.000 MW yang dicanangkan M.Jusuf Kalla ketika menjabat wakil presiden, kini mungkin tinggak cerita. Kita pun kian pesimis membahas program pengadaan daya listrik baru, di tengah pemerintah bingung dengan penyelesaian kasus Bank Century yang kian bagaikan bola liar.
Kemacetan
Jika melihat pemadaman listrik dari sisi sebab akibatnya, maka tidak ubahnya dengan kemacetan lalu lintas yang mulai merambah Kota Makassar. Kemacetan terjadi, karena jumlah kendaraan terus bertambah secara tidak terkendali. Setiap bulan, ada sekitar 800 unit kendaraan roda empat baru menyerbu Makassar yang tentu saja akan segera ikut meramaikan lalu lintas dan ikut mempersempit arus lalu lintas di Makassar.
Pada sisi lain, jumlah kendaraan yang terus bertambah secara signifikan itu, tidak diikuti oleh penambahan ruas jalan, khususnya pada jalur-jalur padat. Misalnya saja, pada jalur ke arah timur kota, seperti Jl. Urip Sumoharjo, Jl.Perintis Kemerdekaan. Jalan ke luar kota di bagian utara hanya bertumpu padas Jl.Urip Sumoharjo dan Jl.Perintis Kemerdekaan serta Jl.Tol Ir.Sutami. Ketika kemacetan mendera Jl. Perintis Kemerdekaan, praktis kendaraan tidak bisa bergerak sama sekali.
Sebenarnya, pemerintah kota Makassar dan Sulsel, bukan tidak ada upaya membangun jalan pintas tengah (middle ring road) yang membentang dan memotong dari Borong Raya ke Jl.Perintis Kemerdekaan, tetapi entah mengapa, peresmian pembangunan jalan yang dilaksanakan di Jl.Borong Raya semasa H.M.Amin Syam menjabat Gubernur Sulsel itu terhenti tanpa kabar.
Pertumbuhan
Pemadaman listrik secara`langsung atau tidak langsung menunjuk adanya dinamika pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang menaik. Ini jelas positif. Banyaknya properti yang tumbuh menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi dan pergerakan investasi yang yang positif di daerah ini. Seperti dikemukakan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, ketika menerima wartawan kampus Penerbitan Identitas Unhas, 11 Desember 2009, listrik jelas merupakan ukuran suatu sumbu kehidupan ekonomi kita. Sebab listrik adalah segalanya bagi kehidupan manusia.
‘’Kalau jalan berlubang dan air belum mengalir dengan lancer, kita bisa cari alternatif, tetapi kalau listrik padam, semua serba tertahan. Ini menjadi sesuatu yang sangat serius bagi pemerintah daerah Sulsel,’’ kata Syahrul Yasin Limpo.
Dalam setahun terakhir ini, jika dikritisi, terjadi lompatan pertumbuhan perekenomian Sulsel di tengah pemadaman listrik tersebut. Kebutuhan listrik yang sangat tinggi itu juga mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang juga tinggi. Sebab dengan adanya listrik masyarakat membeli TV, kulkas, radio, komputer. Oleh sebab itu, pemerintah harus terus mengupayakan adanya penambahan daya baru, Sebab, kebutuhan listrik ini akan terus bertambah. Lihat saja pertumbuhan pembangunan properti kian marak di beberapa ruas jalan baru. Dan, semua itu membutuhkan penerangan listrik. Ketergantungan orang terhadap listrik nyaris sama dengan kebutuhan akan barang primer lainnya. Jika tidak terpenuhi secara siginifikan, saya khawatir pada periode yang sama tahun depan, krisis dan pemadaman serupa akan terulang lagi. Jadi, jika tidak ada penambahan daya yang dominan, kita akan terus memutar ‘film pemadaman; yang sama.
Oleh M.Dahlan Abubakar
Wartawan Senior Sulsel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar