Selasa, 19 Januari 2010

Ancu Telah Pergi

Rabu, 05-03-2008

M.Dahlan Abubakar: In Memoriam Dosen Fisip Unhas Dr Mansyur Semma

Unhas kembali berduka. Selasa dini hari (4/03), tepat pukul 03. 40 Dr. Mansyur Semma, M.Si, pergi untuk selamanya. Kepergiannya sebagai figur istimewa Unhas telah menorehkan duka.

Ancu - panggilan kecil Mansyur Semma -- telah yatim di usia 12 tahun. Ayahnya menutup mata ketika Ancu baru beranjak ke kelas enam SD.

Sejak itu hari-hari sunyinya dilalui bersama bunda tercinta. Meski pahit, tapi Ancu tak pernah berkecil hati.

Hidup dijalaninya dengan penuh kekuatan untuk bertahan di tengah riak hidupnya.Menjadi yatim di umur belia membuat putra Palopo kelahiran 10 November 1962 ini berjiwa survive.

Segala jenis profesi direngkuhnya untuk melengkapi kekurangan ekonomi. Menjadi pedagang asongan di bioskop pernah lekat di hari-hari hidupnya. Bahkan, menjajakan rokok, kue, dan menjadi pelayan warung juga pernah dia rasakan.

Ketika masih muda, Ancu tak bermimpi banyak. Baginya, menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA adalah hal tertinggi yang akan dilakukannya.

Menjadi tukang jahit telah menjadi cita-cita akhirnya setelah itu. Konon, kerabatnya kebanyakan menjadi tukang jahit.

Untunglah ibunya tak berpikir serupa. Berkat semangat dan dukungan dari bunda, Ancu memaksa diri berniat kuliah.

Tahun 1981, Ancu terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Politik Unhas. Selama empat tahun ia belajar.

Selama empat tahun pula ia bekerja serabutan bertahan hidup di kota Makassar. Menjadi loper koran sempat dijalaninya. Namun pengorbanannya tentu tak sia-sia.

Nasib Ancu mulai berbalik ketika gelar sarjana telah diraihnya. Kegemarannya menulis opini di sejumlah media mulai memunculkan namanya di dunia publik.

Bukan hanya itu, sering pula Ancu membantu dosennya melakukan penelitian ilmiah. Tahun 1986, ia resmi menjadi dosen pengajar di Unhas. Meski ijazah S-1 belum dipegangnya, tapi Ancu tetap bersemangat menempuh pendidikan lagi. Hampir dua tahun yakni Januari 1989-September 1990, ia mengikuti program sarjana (S 1) Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Unhas.

Tahun 1994-1998 mengikuti program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia. Dan, tahun 2003, diterima di program Doktor (S 3) Ilmu-ilmu Sosial Unhas, meskipun ketika itu ia sudah menderita kebutaan total.

Di usianya yang sedang produktif, ujian hidup menderanya. Tahun 2001 ia divonis buta oleh dokter.

Namun semua itu tak mengecilkan nyalinya. Ya, Mansyur tetap optimis. Bentuk optimisme itu ia wujudkan dengan terlibat di berbagai kegiatan. Selain menjadi staf pengajar, beliau juga aktif berpartisipasi sebagai peserta atau pembicara dalam sejumlah seminar, simposium, diskusi publik, dan berbagai pertemuan ilmiah lainnya.

Selain itu, suami dari Arfah Colleng SH ini cukup produktif menulis opini berupa artikel dan esei di sejumlah surat kabar yang terbit di Indonesia, termasuk di sejumlah jurnal dan bulletin.
.
Di mata mahasiswa, sosok Mansyur Semma adalah pemberi motivasi yang amat besar. Meski berada dalam keterbatasan fisik, ayah empat anak ini selalu memberi dukungan untuk pergerakan mahasiswa.
.
Maklum jiwa-jiwa kelembagaan telah ditekuninya sejak SD. Dimulai di Kepanduan Hisbul Wathan Muhammadiyah. Pelajar Islam Indonesia (PII), Gerakan Pemuda Islam (GPI), Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), Komite Penegakan Syariat Islam (KPPSI), dan beberapa lembaga dakwah lainnya.

Ia tak hidup dari dakwah tapi ia hanya menghidupkan dakwah sesuai kemampuannya. RRI, Radio Mercurius, Fajar FM, SC FM, TS FM, dan beberapa stasiun radio lainnya sering mengundang Mansyur Semma sebagai narasumber dalam diskusi interaktif.

Undangan tersebut ia sambut positif dan dijadikan sebagai ladang amal berbagi ilmu dengan orang lain.

Baginya, ilmu selayaknya selalu dibagi dengan orang lain di mana pun dan kapan pun.

Namun, kini semuanya tinggal kenangan. Mansyur Semma telah pergi. Penyakit gagal ginjal telah merenggut dan membawanya pergi untuk tidak akan pernah kembali lagi.

Ratusan kerabat melepas kepergiannya dari almamater Selasa siang. Pembantu Rektor III Ir.H.Nasaruddin Salam, MT, atas nama Rektor Universitas Hasanuddin dan sivitas akademika Unhas menyampaikan belasungkawa yang mendalam dan merasa kehilangan besar atas kepergian almarhum. Drs.Dasaad Latif, S.Ag., M.Si, kerabat dekatnya yang memimpin pembacaan doa bagi keselamatan arwah almarhum, terisak-isak melafadzkan kalamnya.

Keluarga, istri dan anak-anak almarhum, tak kuasa menahan isak.
`'Dr Mansyur Semma meninggal dengan tenang dan bahagia, karena almarhum mampu membuktikan kalau kegigihan dapat meluluhkan ketidaksempurnaan. Almarhum menjadi icon sehati pada akademisi. Semoga amalnya diterima oleh Allah SWT. Amin,'' kata Nasaruddin Alam dengan suara berat sebelum jenazah diantar menuju taman pemakaman Unhas di Pate'ne Kabupaten Maros.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar