Senin, 11 Januari 2010

Siapa yang Curi Roti

Para undangan merespons seperti tak tahan berlama-lama lagi, ketika sang penceramah berkata bahwa orasinya yang nyaris setengah jam berlalu barulah pendahuluan. Preface, pengantar, hikmah Halal Bihalal tersebut, memang rada ilmiah sedikit. Soalnya yang membawakan adalah alumnus Fakultas Ekonomi Unhas tahun 1971.
‘’Itu baru pendahuluan,’’ Amir Hamzah Al Bachri, penceramah hikmah Halal Bihalal Unhas, 29 September 2009 di Baruga Prof.Dr.A.Amiruddin, menyela. Terdengar respons riuh berbaur tertawa dari para undangan, termasuk tiga mantan Rektor Unhas, A.Amiruddin, Basri Hasanuddin, Radi A.Gany, dan Rektor Unhas Idrus A.Paturusi yang duduk di deretan kursi bersandar merah menyala dengan lambang Unhas di tengahnya. Para anggota senat guru besar, para dosen, karyawan, dan mahasiswa pun berbaur di Baruga Prof.Amiruddin yang diresmikan Wakil Presiden M.Jusuf Kalla tahun kemarin itu.
Orasi hikmah Halal Bihalal Amir Hamzah Al Bachri awalnya rada datar-datar saja, jika tidak dapat dikatakan sedikit kurang menarik. Namun memasuki bagian berikutnya, tatkala banyak contoh yang dia pungut, para undangan seperti terhipnotis. Hidmad dan tenang mengikuti. Begitulah ketika dia mengutip satu contoh pertemuan Nabi Isa As dengan salah seorang pemuda. Kkisah dia:
‘’Pada suatu saat Nabi Isa As bertemu dengan seorang pemuda. Setelah berkomunikasi panjang lebar, Nabi Isa pun menawarkan kepada pemuda tersebut untuk makan roti. Roti yang dibawa dibagi tiga. Satu bagian untuk nabi Isa As`sendiri, satu bagian untuk pemuda itu, sementara satu bagian lainnya disimpan. Mungkin untuk sekadar mengetes ahlak si anak muda, Nabi Isa As meninggalkan anak pemuda tersebut dengan satu bagian roti yang disisakan. Tak lama setelah Nabi Isa kembali, ternyata satu bagian roti yang ditinggalkan sudah habis.
‘’Siapa yang makan roti tadi,’’ begitu Nabi Isa bertanya kepada anak muda itu.
‘’Tidak tahu,’’ jawabnya.
Setelah mendengar jawab tersebut, Nabi Isa pun tak mempersoalkan roti yang raib tersebut. Dia pun mengajak sang pemuda ke pinggir sungai.
‘’Ayo, kita menyeberang sungai,’’ ajak Nabi Isa.
‘’Sungai ini dalam dan saya tidak tahu berenang,’’ jawab si pemuda.
Setelah bermunajat kepada Allah Swt, Nabi Isa menggaet tangan si pemuda.
‘’Mari, ikut saya,’’ kata Nabi Isa, kemudian menarik tangan si pemuda. Keduanya melangkah ke sungai, dan si pemuda itu heran ketika keduanya berjalan di atas air tanpa tenggelam. Itulah salah satu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi isa.
Di seberang sungai, keduanya tiba. Perut mulai lapar. Ternyata tidak jauh dari tempat mereka berada, tampak seekor kijang betina dengan tiga ekor anaknya. Sang pemuda terheran-heran ketika, Nabi Isa memanggil salah seekor anak rusa itu. Anak rusa itu datang mendekat ke Nabi Isa. Karena mereka lapar dan tidak ada yang dapat dimakan, anak rusa pun mereka santap. Yang tinggal hanya tulang belulangnya saja.
‘’Ya, Allah, jadikanlah tulang belulang ini menjadi anak rusa kembali. Biar dia bisa kembali ke induknya,’’ Nabi Isa berdoa.
Tidak lama kemudian, tulang belulang yang sudah dikumpuilkan sudah berubah wujud menjadi seekor anak rusa seperti sediakala. Anak muda itu pun tambah kagum dan terheran-heran.
Keduanya berjalan. Tiba di suatu tempat, Nabi Isa mengajak si pemuda untuk membuat gunung-gunungan dari batu. Akhirnya, gunung-gunungan pun berubah menjadi sebuah bukit kecil. Kembali Nabi Isa berdoa kepada Allah Swt. Gunungan batu itu pun berubah menjadi gunung emas. Si Pemuda seperti tidak percaya pada matanya sendiri akan apa yang ada di depannya. Gunung-gunungan dari batu telah berubah menjadi gunungan emas.
Tiba giliran, emas itu akan dibagi. Nabi Isa berkata, emas ini akan dibagi tiga bagian. Satu bagian untuk dirinya, satu bagian untuk si pemuda.
‘’Satu bagian lagi untuk siapa?,’’ tanya pemuda itu penasaran.
‘’Satu bagian ini untuk yang mencuri roti,’’ Nabi Isa menjawab.
‘’Sayalah yang mencuri roti itu,’’ si pemuda akhirnya dengan polos mengaku. Bersamaan dengan itu, Nabi Isa pun menghilang. Tinggallah si pemuda seorang diri. Menghadapi tiga bagian emas yang ada. Sebab, Nabi Isa lenyap tanpa membawa bagiannya.
Di tengah kegembiraan memperoleh gunungan emas itu, tiba-tiba pemuda dikagetkan oleh munculnya dua orang penyamun. Tamu tidak diundang ini bermaksud merampas emas tersebut, tetapi si pemuda mengajukan tawaran.
‘’Jangan, nanti kita bagi tiga emas ini,’’ kata si pemuda.
Kedua penyamun tersebut dapat akal. Dia menyuruh si pemuda ke kota untuk mencari roti. Ketika dia pulang mambawa roti, pikir kedua penyamun tersebut, si pemuda akan dieksekusi. Dibunuh, agar satu bagian emas yang ada pada pemuda mereka ambil. Ternyata, di benak si pemuda muncul akal bulus juga. Di dalam roti yang akan dia beli, dimasukkan racun agar kedua penyamun itu menemui ajalnya sekalian seluruh emas yang dua bagian itu dapat dia miliki sendiri.
Pemuda itu pun tiba dengan roti yang sudah dimasuki racun. Kedua penyamun tidak menunda-nunda rencananya. Sang pemuda pun dieskusi. Emas pun berpindah tangan. Keduanya bergembira sambil menikmati roti yang dibawa mangsanya yang sudah menemui ajalnya. Tidak lama kemudian, kedua penyamun pun menyusul si pemuda. Mati juga.
Tujuh puluh bidadari
Ramadan sudah berlalu. Ramadan adalah satu bentuk ibadah yang menghubungkan dan membuka komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Hablum minallah. Maka, penutup dari Ramadan adalah salat Idul Fitri, yang tidak lain adalah ajang dan momen untuk bersilaturrahmi. Hablum minannas.
Ketika Ramadan menjelang, orang menyambutnya dengan beragam perasaan. Ada yang menyambutnya dengan susah, ada yang menyambutnya dengan gembira dan bahagia, dan ada juga yang menyambutnya dengan biasa-biasa saja. Mereka yang menyambut Ramadan dengan kategori terakhir tentu saja tidak dapat memetik hikmah Ramadan. Tidak ada magfirah yang mereka peroleh dari Ramadan. Jika orang memasuki Ramadan dengan ikhlas, tempatnya hanya satu, yakni surge.
Menurut amir Hamzah Al Bachri, dari kacamata Islam hidup di dunia ini hanya mengejar tiga tujuan, yakni untuk mencapai; Jannatul Ma’wa (surga di dunia yang berawal dari kebahagiaan hidup di rumah tangga dan keluarga). Jika suami istri saling menatap saying, maka Allah pun menatap mereka seperti menikmati surga sebelum tiba di surga.
Tujuan kedua, mencapai jannatul na’im. Di ranah ini ada sungai mengalir di bawahnya, mengalirkan susu dengan 99 macam. Sang suami yang masuk kategori ini akan dianugerahkan 70 bidadari. Instrinya akan menjadi permaisuri dari 7- bidadari. Amir Hamzah Al Bachri menganjurkan mengacu pada contoh-contoh ahlak rasul yang pernah ada. Mencontohkan ahlak seperti Muhammad Saw. Keindahan dan ketampanan laksana Nabi Yusuf As, dan tinggi (2,4 m) seperti Nabi IsaAs.
Kedua ibadah ini penting. Keduanya merupakan bekal bagi manusia menuju kematian. Kematian adalah sesuatu yang pasti. Tidak bisa ditawar-tawar.
‘’Semua yang hadir di gedung ini sedang menunggu giliran. Tidak tahu kapan akan dipanggil,’’ kata Amir Hamzah Al Bachri, mengetahui ada dua maha guru Unhas mendahului kerabatnya, yakni Prof.Dr.H.Kaimuddin Salle, S.H., M.H. (mantan Hakim Agung RI) yang meninggal hari Sabtu (26/9) dan Prof.Dr.Rusli Effendy, S.H. yang meninggal hari Selasa (29/9) dinihari. Keduanya dari Fakultas Hukum.
Kata dia lagi, kematian tidak ada yang dapat membendung. Sebanyak 124.000 utusan Allah Swt yang berpredikat nabi, sudah berpulang. Sejumlah 124.000 orang wali dan 124.000 sahabat juga sudah pergi. Hanya Allah yang kekal.
Oleh sebab itu, ajaknya, marilah kita membersihkan hati dan memperbaiki ahlak dan selalu berbuat ikhlas. Untuk mencapai itu dapat dilakukan dengan selalu membaca Alquran, merenungkan kematian yang diharapkan menjadi motivasi untuk berbuat baik pada Allah, menghadiri majelis zikir, sebab Allah mengirim malaikat-malaikatnya untuk mencatat mereka yang hadir.
Berikutnya, capailah jannatul firdaus yang merupakan kesempurnaan dari seluruh jannatul yang ada.
Keputusan Allah
Tradisi saling memaafkan seperti yang terjadi di Indonesia dalam bentuk halal bihalal, kata Amir Hamzah Al Bachri, tidak dikenal di dunia Arab. Halal bihalal tidak lain adalah saling memaafkan antarsesama setelah salat Idul Fitri. Dalam melayari kehidupan ini hendaknya, harus ridho menerima keputusan Allah, Sabar menerima semua musibah. Merasa cukup dengan rezeki yang diberikan. Menyukuri semua nikmat yang diberikan. Bekerjalah sesuai petunjuk Allah Swt.
‘’Hati-hati dengan cinta. Mabuk cinta membuat manusia lalai,’’ kata pria yang pamit dari Unhas tahun 1971 itu. (m.dahlan abubakar).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar